Langsung ke konten utama

Opini : "Indonesia Merdeka (?) Kebebasan Kian Terancam" Oleh: Nancy Novitasari

 

Gambar Oleh LPM Acta Diurna


Kebebasan tidak diancam oleh Undang-undang tetapi kebebasan diancam dan dibatasi oleh arogansi kekuasaan. Kewajiban rakyat yang baik untuk mengingatkan pemerintahnya jika tidak bekerja dengan baik. Kita selalu butuh bukti, bukan janji yang diumbar untuk memberikan ketenangan sementara, karena itu yang memicu demonstrasi sendiri. 

Kami berharap bukan hanya sektor ekonomi yang menjadi fokus utama. Kebudayaan, hukum, dan sektor lainnya juga harus di merdekakan. Jangan membuat “CINTA KEBUDAYAAN NEGERI” bila kalian tidak pernah peduli terhadap peninggalan apa pun di sini Jokowi sendiri mengajak masyarakat lebih aktif mengkritik pemerintah, tetapi survei mengatakan bahwa masyarakat kini takut berpendapat. Hal ini buktinya dengan hasil indeks demokrasi yang dikumpulkan telah menyentuh titik terendah. 

Hal ini berarti bahwa masyarakat telah lelah dengan segala kinerja dan pembatasan kebebasan yang dilakukan oleh pemerintah. Jangan hanya menyepelekan dan menganggap aspirasi masyarakat sebagai angin sepoi-sepoi kami ingin suara kami di dengar dan di pertimbangkan kembali !

Penulis : Nancy Novitasariz

Editor : Andi Rahmawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi : "Negara Lucu" Karya Ragil Eldar Leonanta

 Gambar Oleh LPM Acta Diurna Negara Lucu karya : Ragil Eldar Leonanta Terlahir dari sebuah perjuangan Pertumpahan darah tak terhindarkan Kini tercapai cita-cita yang diinginkan Melihat merah putih yang selalu dikibarkan. Namun sekarang rakyat sedang bersedih Melihat negara yang mulai teronggoti Akibat penguasa yang memperkaya diri Kebebasan di halangi oleh hukum di negeri ini Namun hanya untuk rakyat yang tidak bermateri Semua dapat  di manipulasi jika kau bisa memberi Pencuri kecil di tangkap dan di hakimi Kasus tikus berdasi di tutut-tutupi dan di lindungi Bagai pisau yang tajam ke bawah namun tumpul ke atas Yang kecil akan semakin tertindas Selucu inikah negeriku ? Wakil rakyat namun tak memihak kepada rakyat Penuh dengan aturan yang hanya membuat benturan Tak pernah menuntun namun selalu di tuntut Tak sehaluan dapat mengancam diri sendiri Bagai boneka yang selalu di leluconi Benar kata pendahulu negeri Perjuanganku akan lebih mudah melawan penjajah Namun kalian akan l...

BIOGRAFI MOCHTAR KUSUMAATMADJA

  Sumber Gambar Detik.com Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja lahir di Batavia pada 17 April 1929. Beliau adalah konseptor wawasan nusantara dari pakar Hukum Internasional. Ia dikenal sebagai seorang yang gigih memperjuangkan batas darat, laut territorial dan landas kontinen Indonesia. Seorang yang tak pernah Lelah berjuang memajukan Pendidikan hukum di Indonesia. Mochtar Kusumaatmadja menyelesaikan Pendidikan S1- nya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, pada (1955). Dan meraih gelar Master Of Law pada (1956) dari Yale University, Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 1962 ia menamatkan kuliah S3 di Universitas Padjadjaran dan menjadi Doktor di usia 33 tahun. Setelah itu ia sempat melanjutkan Pendidikan pos doctoral di Harvard University, disinilah ia banyak belajar dan mengakaji pemikiran pakar hukum dunia yang kemudian menginspirasi teori hukumnya, yaitu teori Hukum Pembangunan. Sebagai pakar hukum laut pertama di Indonesia, beliaulah yang menggagas konsep Negara Kepulauan. Ya...

Puisi "Diskusi" Karya Sahrul Gunawan

  (Ilustrasi Acta Diurna) Diskusi Seperempat malam mencabik situasi sebelum pejam Ada beberapa perihal hidup redup yang harus ditulis ulang Tentang ayah yang mendesah kelelahan Tentang ibu yang memasak sedu sedan Juga tentang anak yang nanar menuntut kerajaan Ritme awal bisu, Masing-masing terpaku. Lalu satu pihak mulai meninggikan intonasi, membaca puisi keluh kesah yang selama ini menjadi petunjuk arah Satu pihak lagi memecah kaca, Menusuk malam hingga koyak gelapnya Sedang pihak ketiga berkukuh meminta nasi "Ayah, ibu, aku belum makan malam ini" Serempak dua pasang mata menajamkan ujungnya "Nak", "Malam ini kamu jadi menunya". Sepuluh detik Setelah anak Memutar fikir, Diskusi berakhir. Karya : Sahrul Gunawan