Langsung ke konten utama

Hiruk-Pikuk Masyarakat Dibalik Tayangnya Acara Clash Of Champion, Diduga Merendahkan Orang Yang Tak Kuliah?

                                          

Oleh : Dwi najwa

Jum’at 12 Juli—Berita tentang tayangan Clash Of Champion (COC) yang merupakan acara berkonsep game show yang diadaptasi dari acara tv di Korea Selatan dengan konsep serupa yakni, University War saat ini seolah memenuhi algoritma sosial media masyarakat Indonesia, lantaran mulai tersorotnya acara-acara hiburan yang mengedepankan selera pendidikan dan juga mengembangkan sumber daya manusia yang memotivasi anak-anak bangsa lewat para mahasiswa dan mahasiswi berprestasi dari berbagai universitas bergengsi di tanah air maupun skala internasional yang kemudian di unjuk kebolehannya dalam bidang akademik.

Namun, belakangan ini selain mendapat banyak apresiasi, motivasi, dan respon positif dari kaum muda.  Terdapat pula oknum-oknum yang memberikan kritikan dan respon negatif yang di arahkan kepada para peserta Clash Of Champion (COC). Hujatan tersebut seringkali berisikan seperti, “Belum tentu peserta Clash Of Champion dapet kerja” atau “Soal-soal di Clash Of Champion belum tentu kepake di dunia kerja” serta ujaran yang ditujukan secara personal yakni acara Clash Of Champion dinilai merendahkan orang yang tidak kuliah kalimat tersebut disampaikan berupa “Gak Kuliah nyimak. Kenapa sih anak kuliah suka sombong seolah kami yang gak kuliah lebih rendah dari mereka? Minimal kalau berpendidikan gak usah lah pamer nonton beginian seakan pamer kalau lagi kuliah” dan masih banyak lagi.

Melihat realita ini, tentunya menuai banyak sekali pro dan kontra di masyarakat yang seolah memiliki sikap membandingkan antara peserta satu dan lainnya atau memberikan hujatan sehingga berefek pada terdorongnya keinginan mereka untuk melakukan segala cara agar ia lebih unggul dari orang lain. Fenomena ini dapat juga disebut sebagai, crab mentality. Tentu, sikap ini sangat berdampak negatif karena tidak hanya merugikan peserta COC, pihak Ruang Guru selaku penyelenggara, tetapi juga menimbulkan stigma yang cenderung menilai sumber daya manusia (SDM) dari sebagian masyarakat Indonesia masih rendah atau belum siap menerima adanya kemajuan dan perubahan dalam bangsanya sendiri.

Oleh karena itu, sikap yang harus kita tunjukkan adalah bagaimana menjadi masyarakat yang cerdas dan bijak dan bersosial media, yang mana sikap ini ditunjukkan dengan cara berpikir sebelum melakukan suatu tindakan serta menghapus statement yang menganggap bahwa pintar di bidang akademik konon tidak menjamin bahwa seseorang itu akan sukses dan pastinya value dari kepintaran tersebut tidak akan dipakai pada saat seseorang itu akan menginjak dunia kerja, tetapi pikirkan dan gantilah statement tersebut dengan kalimat memang tidak ada suatu hal yang dapat dijadikan jaminan kesuksesan seseorang, jika orang tersebut sudah menyiapkan satu hal yakni kepintaran sebagai bekalnya untuk bertarung di tengah kerasnya arus dunia kerja, lantas apa yang sudah saya siapkan untuk diri saya agar mampu bersaing dengan sejuta orang seperti mereka.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi : "Negara Lucu" Karya Ragil Eldar Leonanta

 Gambar Oleh LPM Acta Diurna Negara Lucu karya : Ragil Eldar Leonanta Terlahir dari sebuah perjuangan Pertumpahan darah tak terhindarkan Kini tercapai cita-cita yang diinginkan Melihat merah putih yang selalu dikibarkan. Namun sekarang rakyat sedang bersedih Melihat negara yang mulai teronggoti Akibat penguasa yang memperkaya diri Kebebasan di halangi oleh hukum di negeri ini Namun hanya untuk rakyat yang tidak bermateri Semua dapat  di manipulasi jika kau bisa memberi Pencuri kecil di tangkap dan di hakimi Kasus tikus berdasi di tutut-tutupi dan di lindungi Bagai pisau yang tajam ke bawah namun tumpul ke atas Yang kecil akan semakin tertindas Selucu inikah negeriku ? Wakil rakyat namun tak memihak kepada rakyat Penuh dengan aturan yang hanya membuat benturan Tak pernah menuntun namun selalu di tuntut Tak sehaluan dapat mengancam diri sendiri Bagai boneka yang selalu di leluconi Benar kata pendahulu negeri Perjuanganku akan lebih mudah melawan penjajah Namun kalian akan lebih berat kar

Kesadaran terhadap Toxic Relationship menjadi fokus TLF 2022

  Gambar oleh ActaDiurna FH Untan  ACTADIURNA FH Untan- Tanjungpura Law Festival 2022 yang diadakan oleh Justitia Club sukses menggelar webinar nasional dengan tema “Ketika Cinta Menjadi Toxic : Abuse In Relationship” melalui zoom meeting pukul 07.30-selesai pada Sabtu, (5/3/2022). Benny B Hendry selaku ketua panitia T anjungpura Law Festival (TLF) itu menerangkan bahwa , latar belakang Justitia club mengambil tema dalam webinar nasional ini karena maraknya kekerasan dalam hubungan yang sering dianggap remeh, “Latar belakang utamanya adalah semakin maraknya kekerasan dalam hubungan, kami melihat bahwa kekerasan dalam hubungan ini , apalagi hubungan dalam bentuk pacaran, sering dianggap remeh oleh banyak orang. Padahal dampak yang ditimbulkan sama saja, dan tindak kekerasan tidak dapat dibenarkan. Jadi tema TLF tahun ini mengangkat kekerasan dalam hubungan dengan tujuan memberikan atensi dan edukasi kepada masyarakat terhadap kekerasan , ” Ungkapnya. Benny B Hendry pun menam

Puisi "Diskusi" Karya Sahrul Gunawan

  (Ilustrasi Acta Diurna) Diskusi Seperempat malam mencabik situasi sebelum pejam Ada beberapa perihal hidup redup yang harus ditulis ulang Tentang ayah yang mendesah kelelahan Tentang ibu yang memasak sedu sedan Juga tentang anak yang nanar menuntut kerajaan Ritme awal bisu, Masing-masing terpaku. Lalu satu pihak mulai meninggikan intonasi, membaca puisi keluh kesah yang selama ini menjadi petunjuk arah Satu pihak lagi memecah kaca, Menusuk malam hingga koyak gelapnya Sedang pihak ketiga berkukuh meminta nasi "Ayah, ibu, aku belum makan malam ini" Serempak dua pasang mata menajamkan ujungnya "Nak", "Malam ini kamu jadi menunya". Sepuluh detik Setelah anak Memutar fikir, Diskusi berakhir. Karya : Sahrul Gunawan