Langsung ke konten utama

Smart Board Menjadi Fasilitas Andalan bagi FH Untan


Peresmian  smartboard oleh FH Untan (doc. ActaDiurna)


ACTADIURNA FH UNTAN- Fakultas Hukum Untan telah meresmikan penambahan fasilitas baru yakni smartboard atau papan tulis pintar yang berfungsi sebagai tempat untuk menulis dengan tampilan seperti televisi LED berukuran besar layaknya laptop ataupun proyektor di ruang 5 FH Untan pada Jum’at (05/11/2021).  

Muhammad Jasmi selaku peserta dalam peresmian smartboard ini berharap bahwa dengan adanya sarana atau fasilitas smartboard dapat meningkatkan keefektifan hukum dalam meningkatkan kualitas Pendidikan di FH Untan, “Dalam teori efektivitas hukum, ada beberapa faktor yang menentukan keefektifan suatu hukum. Salah satunya adalah factor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. Dengan adanya sarana ini, kita sebagai insan hukum tentu menginginkan agar keefektifan hukum itu dapat tercapai. Namun selain dari itu, kita juga berharap smartboard yang dimiliki dapat meningkatkan kualitas Pendidikan di FH Untan." Tuturnya.

Ia pun menambahkan bahwa fasilitas yang disediakan dalam FH untan dapat meningkatkan mutu fakultas serta mahasiswa FH Untan, “Mengenai apa saja fasilitas di miniteater, kita berharap itu semua dapat berefek pada mutu fakultas serta mahasiswa FH Untan”. Tambahnya.

Prof. Dr. Arief Hidayat, S.H., M.S selaku Hakim Konstitusi juga turut hadir dalam acara peresmian tersebut menambahkan bahwa mengajar perkuliahan luring lebih memacu adrenalin dan dapat memberikan pemahaman secara utuh, “Mengajar secara luring itu lebih memacu adrenalin daripada mengajar melalui daring. Karena mealui daring kita tidak bertemu secara langsung, sehingga suasana yang diajar atau suasana yang diberi kuliah itu kita tidak tahu persis. Sehingga jika memungkinkan tidak ada pandemi, saya lebih senang mengajar secara luring daripada daring. Lebih bisa memberikan pemahaman secara utuh, karena kita tahu persis suasana di dalam proses belajar mengejar”. Tutupnya. 



Penulis : Nisa Ayu Nurlita

Reporter : Robbiatul Adawwiyah & Yunita Safitri

Editor : Selvia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi : "Negara Lucu" Karya Ragil Eldar Leonanta

 Gambar Oleh LPM Acta Diurna Negara Lucu karya : Ragil Eldar Leonanta Terlahir dari sebuah perjuangan Pertumpahan darah tak terhindarkan Kini tercapai cita-cita yang diinginkan Melihat merah putih yang selalu dikibarkan. Namun sekarang rakyat sedang bersedih Melihat negara yang mulai teronggoti Akibat penguasa yang memperkaya diri Kebebasan di halangi oleh hukum di negeri ini Namun hanya untuk rakyat yang tidak bermateri Semua dapat  di manipulasi jika kau bisa memberi Pencuri kecil di tangkap dan di hakimi Kasus tikus berdasi di tutut-tutupi dan di lindungi Bagai pisau yang tajam ke bawah namun tumpul ke atas Yang kecil akan semakin tertindas Selucu inikah negeriku ? Wakil rakyat namun tak memihak kepada rakyat Penuh dengan aturan yang hanya membuat benturan Tak pernah menuntun namun selalu di tuntut Tak sehaluan dapat mengancam diri sendiri Bagai boneka yang selalu di leluconi Benar kata pendahulu negeri Perjuanganku akan lebih mudah melawan penjajah Namun kalian akan l...

Opini : Membongkar Kekerasan Seksual Dalam Pandangan Hukum Indonesia

                                                Oleh Mulia azzahra Perlindungan, Indonesia terus menghadapi tantangan dalam penanganan kasus kekerasan seksual yang sering kali mengguncang masyarakat. Undang-undang yang telah ditetapkan tidak hanya bertujuan untuk menetapkan standar hukum yang jelas, tetapi juga untuk melindungi hak-hak korban yang terkena dampaknya. Namun, di balik kerangka hukum yang ada, masih terdapat beberapa kendala yang signifikan. Tantangan utama yang dihadapi adalah stigma sosial yang kuat terhadap korban kekerasan seksual. Stigma ini seringkali menyebabkan korban enggan melaporkan kejahatan yang mereka alami karena takut direndahkan atau tidak dipercaya oleh masyarakat sekitar. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya isu kekerasan seksual di kalangan masyarakat juga menjadi penghalang dalam upaya pencegahan dan penanganannya. Selain itu, komple...

Puisi "Diskusi" Karya Sahrul Gunawan

  (Ilustrasi Acta Diurna) Diskusi Seperempat malam mencabik situasi sebelum pejam Ada beberapa perihal hidup redup yang harus ditulis ulang Tentang ayah yang mendesah kelelahan Tentang ibu yang memasak sedu sedan Juga tentang anak yang nanar menuntut kerajaan Ritme awal bisu, Masing-masing terpaku. Lalu satu pihak mulai meninggikan intonasi, membaca puisi keluh kesah yang selama ini menjadi petunjuk arah Satu pihak lagi memecah kaca, Menusuk malam hingga koyak gelapnya Sedang pihak ketiga berkukuh meminta nasi "Ayah, ibu, aku belum makan malam ini" Serempak dua pasang mata menajamkan ujungnya "Nak", "Malam ini kamu jadi menunya". Sepuluh detik Setelah anak Memutar fikir, Diskusi berakhir. Karya : Sahrul Gunawan